Sore ini di depan Student Center PKN STAN aku sengaja menyempatkan duduk sejenak di taman kecilnya. Sekedar menyambungkan WiFi gratis dan melihat orang berlalu lalang. Semilir angin lumayan menenangkan, dengan suasana sore yang cerah, dan jalan yang lengang atau hampir bisa dikatakan sepi.
Namun ada yang berbeda kali ini. Tidak sengaja ketika aku duduk di sini aku melihat seorang pria yang jika dilihat-lihat mungkin masih berusia 30an atau kurang, ia tampak melihat sekeliling. Entah apa yang ia cari. Dengan motornya lalu ia berpindah ke arah selatan, di bawah pepohonan area sarmili.
Tidak lama ia mencoba berjalan beberapa langkah mencari tempat berteduh mungkin, karena terik sore ini lumayan hangat lebih hangat dari biasanya. Hingga akhirnya aku tidak pedulikan lagi. Ku buka ponsel dan kembali menyambungkan WiFi yang terputus karena jarak yang cukup jauh.
Tidak lama kemudian aku kembali memperhatikan pria itu. Ia tampak tidak terurus, bajunya kotor, celana jeans-nya sobek di bagian lutut. Akhirnya ia memutuskan duduk di trotoar di dekan motornya terparkir. Ia membuka plastik yang ku pikir berisi makanan.
Ternyata pikiranku benar. Isi bungkusan yang pria itu bawa adalah nasi bungkus. Ia buka perlahan di atas cor trotoar, ia menyamankan lagi posisi duduknya. Dan yang membuatku terperanjat adalah, ia berdoa. Berdoa dengan cara sebagaimana umat kristiani lakukan pada umumnya.
Tidak lama kemudian aku kembali memperhatikan pria itu. Ia tampak tidak terurus, bajunya kotor, celana jeans-nya sobek di bagian lutut. Akhirnya ia memutuskan duduk di trotoar di dekan motornya terparkir. Ia membuka plastik yang ku pikir berisi makanan.
Ternyata pikiranku benar. Isi bungkusan yang pria itu bawa adalah nasi bungkus. Ia buka perlahan di atas cor trotoar, ia menyamankan lagi posisi duduknya. Dan yang membuatku terperanjat adalah, ia berdoa. Berdoa dengan cara sebagaimana umat kristiani lakukan pada umumnya.
Rasanya diriku seperti mendapat tamparan keras. Aku yang berpakaian lebih rapi dan terawat serta dapat makan di tempat makan yang bagus terkadang lupa untuk berdoa sebelum makan. Tetapi lihatlah, pria itu dengan pakaian yang membuatku mengira ia adalah orang yang tidak pantas dipedulikan, ia justru berdoa. Mengingat Tuhan atas nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya. Betapa malunya aku terhadap diriku sendiri.
Seketika juga rasa toleransi di hatiku seolah diperkuat dan diperbarui. Perbedaan di sekitar kita adalah keberagaman yang harus dijaga dan dihormati, bukan dicaci dan dicari celah kelemahannya. Terkadang nilai hidup kita dapat dengan tidak disangka-sangka. Ketika ilmu itu didapat maka genggam dengan erat, jangan lepaskan atau bahkan lupakan.
Seketika juga rasa toleransi di hatiku seolah diperkuat dan diperbarui. Perbedaan di sekitar kita adalah keberagaman yang harus dijaga dan dihormati, bukan dicaci dan dicari celah kelemahannya. Terkadang nilai hidup kita dapat dengan tidak disangka-sangka. Ketika ilmu itu didapat maka genggam dengan erat, jangan lepaskan atau bahkan lupakan.
Komentar
Posting Komentar