Assalamu’alaikum wr. Wb.
Haloo semuanya, kembali lagi di blog saya yang Inshaallah tidak akan rugi membacanya, aamiin. Teman – teman semuanya, para pembaca setia, kali ini saya akan berbagi ilmu yang saya dapatkan minggu lalu ketika mengikuti kajian rutin malam Jumat di Masjid Baitul Maal PKN STAN.
Nah apa yang saya dapatkan ini akan saya ceritakan kembali dan semoga teman – teman semua mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam dari sini. Oke, langsung saja, stay tune ya!
Nah, kajian pada malam itu mengusung tema “Fiqh Sholat” di sini banyak sekali fakta yang menjelaskan syarat-syarat sholat yang kebanyakan kita belum mengetahuinya, apa saja?
Taukah kamu? Sholat berjamaah adalah sah ketika sholat imam dan ma’mum seirama. Maksudnya, apabila kita hendak berjamaah kemudian melihat salah seorang tengah sholat sendirian kemudian kita menepuk pundaknya dengan maksud menjadi ma’mumnya akan sah walaupun niat sholat kita dengan sang imam itu berbeda. Jadi misalkan, saya niat sholat rawatib sudah dapat satu rakaat, kemudian kalian menepuk bahu saya dan menjadi ma’mum saya padahal kalian berniat sholat dhuhur. Nah di situ sah, walaupun niat sholat berbeda tetapi tetap seirama. Namun tidak sah apabila, sang imam niatnya sholat gerhana dan sang ma’mum berniat sholat isya, begitu juga dengan sholat jenazah dengan sholat fardu.
Ma’mum haruslah mengikuti imam. Jadi, ketika imam belum menyelesaikan gerakannya maka kita haruslah menunggu dulu, tidak perlu terburu-buru, karena kita ma’mum yang mengikuti bukan yang membarengi. Ada 2 hal yang bahkan haram apabila kita melakukannya berbarengan dengan imam yaitu takbiratul ihram dan salam.
Ma’mum haruslah mengetahui perpindahan imam dengan cara melihat imam secara langsung, atau melihat ma’mum yang melihat imam secara langsung, atau dengan mendengar imam secara langsung. Biasanya ada seorang mubalig di masjid-masjid besar, mubalig adalah orang yang menginformasikan perpindahan rukun imam.
Yang selanjutnya yaitu imam haruslah satu lokasi dengan ma’mum. Tidak boleh misalnya kita karena begitu rindu dengan suami misal kemudian melakukan video call dan meminta sholat berjamaah melalui video call, nah itu tidak diperbolehkan.
Apabila kita hendak menjadi ma’mum maka niat kita haruslah sholat berjamaah, jika tidak maka tidaklah sah sholat berjamaah kita.
Ma’mum berkeyakinan sah sholatnya imam. Jadi, misalkan ada 2 pemahaman yang berbeda, ada yang menganggap imam mimisan itu sah sholatnya namun ada yang menganggap itu batal sholatnya. Nah apabila kita berkeyakinan jika mimisan sang imam tidak membatalkan sholatnya maka tetap sah sholat kita, namun tidak jika kita menganggap sang imam batal sholatnya.
Apabila kita adalah seorang qori’ yang baik bacaan Al Fatihahnya namun imam kita adalah seorang yang ummiy, yang tidak benar bacaan Al Fatihahnya maka kita wajib memisahkan diri dari jama’ah tersebut.
Imam tidak lebih rendah dari ma’mum dari sisi kejantannya. Jadi itu mengapa perempuan tidak dapat menjadi imam bagi kaum adam.
Imam tidaklah perlu berniat sebagai imam, namun ma’mum wajib niat sebagai ma’mum dalam sholat jama’ah. Namun apabila imam tetap ingin mendapatkan 27 pahala maka haruslah imam tersebut mengucapkan niat sebagai imam dalam jama’ah.
Sholat jama’ah di masjid sangat dianjurkan bagi kaum adam. Nah bagi kaum hawa hendaklah sholat di rumah. Namun apabila kaum hawa sholat berjamaah di masjid haruslah dirinya tidak lagi menampakkan auratnya, apabila kaum hawa keluar rumah masih menampakkan auratnya masih belum mampu menjaga dirinya dari pandangan orang lain hendaknya dia sholat di rumah saja, itu lebih baik.
Nah, itu sebagian ilmu yang saya dapatkan saat kajian malam itu. Apabila ada banyak salah penulisan saya mohon maaf. Apabila ada khilaf itu datangnya dari saya namun apabila ada lebihnya semata itu dari Allah. Terimakasih sudah membaca. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan.
Salam ukhuwah!
Wassalamu’alaikum wr. wb :)
Komentar
Posting Komentar